BRANDING PRODUK DAN PENGALAMAN JASA

Posted by Bima Junita Sari on 09.06 with No comments
BRANDING PRODUK DAN PENGALAMAN JASA

Ditulis Oleh : Bima Junita Sari
Berdasarkan resume buku lopelock
Beberapa tahun terakhir ini, semakin banyak bisnis jasa yang berbicara tentang produknya hingga muncul sebuah istilah yang diasosiasikan dengan barang manufaktur yaitu “produk dan layanan”. Sebuah istilah juga yang digunakan oleh perusahaan manufaktur yang menekankan layanan. Apa perbedaan antara kedua istilah tersebut dalam lingkungan bisnis saat ini?
Istilah produk mengimplikasikan suatu “kumpulan output” yang terdefinisi dan konsisten serta kemampuan untuk mendeferensiasi suatu kumpulan outpun satu dengan yang lainnya. Dalam perusahaan manufaktur hal ini sangat mudah dipahami dan dibayangkan namun dalam pemasaran jasa untuk membedakan output dapat dilakukan dengan cara melihat berbagai “model” yang ditawarkan oleh perusahaan manufaktur. Contohnya, restoran akan menawarkan menu yang ditawarkan oleh perusahaannya melalui gambar yang disajikan.
Istilah layanan lebih kepada suatu yang bersifat nirwujud dalam menawarkan produk dan mewakili sekumpulan layanan tambahan penambah nilai yang sudah ditetapkan disekitar produk inti. Contohnya, sebuah universitas yang menawarkan berbagai program sarjana yang berbeda dan setiap program sarjana memiliki penawaran mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan.
Strategi Branding untuk Jasa
Sebagian besar organisasi jasa menawarkan suatu lini produk dan bukan hanya suatu produk. Hasilnya, mereka harus memilih diantara empat alternative baranding yang luas, yaitu:
1.      Branded house
yaitu keadaan dimana perusahaan menggunakan satu merek untuk mencakup seluruh produk dan jasa. Keunggulan dari strategi ini adalah dimana pemasar menjadi lebih focus kepada pengelolaan merek. Kelemahannya adalah merek terentang terlalu jauh dan melemah, selain itu pemasar cenderung kehilangan kemempuan diferensiasi. Contonya, perusahaan Samsung yang menggunakan merek Samsung untuk setiap produknya mulai dari HP,TV, laptop dan lemari es.
2.      House of brand
yaitu keadaan dimana perusahaan menggunakan merek terpisah untuk setiap penawarannya. Keunggulannya adalah dimana setiap merek memiliki target market dan positioning sendiri-sendiri. Contohnya perusahaan Professional Wedding yang memberikan jasa wedding yang memiliki “Ultimate wedding” untuk segmen menengah keatas dan “Happy Wedding” untuk segmen menengah kebawah.
3.      Subbrands
yaitu keadaan dimana merek korporat atau merek master adalah sudut pandangutama tetapi produknya sendiri memiliki sebuah nama yang berbeda. Contohnya, perusahaan Google yang membedakan merek untuk kategori produknya. Untuk e-mail diberi nama “Gmail”, untuk aplikasa handphone diberi nama “GooglePlay”, dan untuk aplikasi maps diberi nama “Google maps”. Merek utama masih melekat pada produk yaitu Google.
4.      Endorsed brands :
yaitu keadaan dimana merek produklah yang mendominasi tetapi merek korporat masih ditampilakan. Contohnya, Hilton hotels corporations.

Menyusun Tingkatan Produk Jasa dengan Branding
Tingkatan jasa (service tiering) adalah penggunaan branding untuk mendiferensiasikan tingkat layanan, kelas harga, dan tingkat kinerja layanan. Hal ini dapat dilihat dalam bisnis perhotelan, maskapai penerbangan, layanan penyewaan mobil, dan layan dukungan peranti lunak dank eras untuk computer.
Dalam industry perhotelan masing-masing paket memiliki tingkatan harga dan kualitas layanan yang berbeda contohnya untuk layanan wedding paket dan family paket pasti berbeda dan harga yang ditawarkan pun berbeda. Dalam industry penyewaan mobil, ukuran dan jenis mobil membentuk dasar dari tingkatan. Dalam industry penerbangan masing-masing seat penumpang embentuk tingkatan produk jasa yang ditawarkan.
Menawarkan Pengalaman Bermerek

Merek dapat diterapkan ditingkat korporat dan produk pada hamper seluruh bisnis jasa. Menerapkan merek yang berbeda pada produk individual memungkinkan perusahaan untuk mengkomunikasikan kepada target pasar pengalaman dan manfaat yang berbeda yang dapat diasosiasikan dengan konsep lyanan yang spesifik. Singkatnya, hal ini membantu pemasar untuk menetapkan gambaran mental dari sebuah layanan didalam benak pelanggan dan untuk menjelaskan sifat proposisis nilai.