PERBEDAAN PEMBANGUNAN PADA NEGARA INDONESIA DENGAN NEGARA FILIPINA

Posted by Bima Junita Sari on 06.01 with No comments


PERBEDAAN PEMBANGUNAN PADA NEGARA INDONESIA DENGAN NEGARA FILIPINA
BY : BIMA JUNITA SARI
Pembangunan Ekonomi merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Dewasa ini kita dapat melihat setiap Negara gencar melakukan pembangunan ekonomi untuk mensejahterakan rakyatnya dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
Namun pembangunan ekonomi disetiap Negara tidaklah sama karena adanya perbedaan antara Negara maju dan Negara berkembang. Indonesia dan Filipina merupakan Negara berkembang yang sedang gencar melakukan pembangunan diberbagai sektor ekonomi. Dalam proses pembangunannya Indonesia dan Filipina memiliki beberapa hambatan. Maka dalam artikel ini saya akan menjelaskan perbedaan pembangunan Ekonomi di Indonesia dengan yang ada di Filipina.
Pada artikel ini saya akan menjelaskan perbedaan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi antara Negara Indonesia dengan Negara Filipina. Filipina dan Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih berada di kawasan ASEAN. Hal ini saya pilih untuk memudahkan saya dalam melakukan perbandingan yang signifikan antara kedua Negara tersebut.
Filipina pekan lalu mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013 yang mencapai 7,8 persen. Realisasi pertumbuhan ekonomi anggota ASEAN ini jauh di atas Indonesia dan China. Kinerja ini sontak mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali pemerintah Indonesia. Pasalnya, capaian ekonomi Tanah Air yang cukup positif, mendadak tersalip oleh Filipina. Posisi Indonesia kini di urutan ketiga se-Asia dalam hal pertumbuhan ekonomi.
Padahal, perekonomian Filipina selama beberapa dekade stagnan dibandingkan negara lain di kawasan Asia. Sekitar seperempat dari total populasi 60 juta orang, hidup di bawah garis kemiskinan, alias hanya berpendapatan USD 60 sen dollar atau Rp 6.000 per hari.Setelah Presiden Benigno Aquino terpilih pada 2010, ekonomi membaik dan selalu positif setiap tahun. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi negara mayoritas Katolik ini rata-rata hanya 4,6 persen.
Fakta mengkilapnya kinerja Filipina semakin membuat pemerintah ketar-ketir, pasalnya kinerja Indonesia tahun ini terancam melambat dibanding 2012.Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen saja, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bergantung pada kecepatan DPR membahas Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan (RAPBN-P) yang berisi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Di saat pemerintah masih sibuk dengan tarik ulur kebijakan BBM subsidi, para pengamat khawatir investor bakal mengalihkan modal ke Filipina yang lebih "cerah".Alhasill, kini pelbagai pihak berusaha menganalisa apa saja penyebab ngebutnya ekonomi Filipina. Mulai dari pejabat pemerintah hingga mantan pejabat urun suara.
Selisih pertumbuhan antara Filipina dan Indonesia selaku raksasa ekonomi Asia Tenggara kian melebar, terutama sejak Indonesia menghadapi tekanan untuk menerapkan siklus pengetatan moneter paling agresif sejak 2008.
Menurut tujuh dari 14 ekonom yang  disurvei Bloomberg, Bank Indonesia kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) untuk kali keempat tahun ini. Sebanyak tujuh analis lainnya memperkirakan tidak akan ada perubahan.
Para analis berpendapat suku bunga acuan dapat menembus 7,5% pada kuartal I/2014, setelah bertahan pada level 7% pekan ini. Padahal, Filipina justru akan menahan bunga acuan pada level 3,5%  sepanjang sisa tahun ini.
Perbedaan manuver kebijakan moneter kedua negara menunjukkan Filipina memiliki daya tahan terhadap krisis yang lebih kuat ketimbang Indonesia. Negara pimpinan Presiden Benigno Aquino III itu juga mengantongi peringkat investasi dari berbagai lembaga.
Tidak hanya itu, Filipina berhasil mempertahankan laju pertumbuhan di atas 7% tahun ini, sedangkan Indonesia harus berperang melawan perlambatan ekspansi yang dibarengi dengan rekor pelebaran defisit transaksi berjalan dan percepatan laju inflasi sejak 2009.
Nilai tukar rupiah juga anjlok 11% kuartal III/2013, menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di antara 24 nilai tukar utama pasar berkembang. Kemerosotan itu tujuh kali lipat lebih besar dari depresiasi nilai tukar peso Filipina.
“Ada risiko pasar akan menghukum Bank Indonesia lagi sehingga menciderai rupiah jika bank sentral tidak menaikkan lebih jauh,” ujar Robert Prior-Wandesforde, ekonom Credit Suisse Group AG yang berbasis di Singapura, Rabu (11/9/2013).
Menurutnya, badai ekonomi Indonesia dewasa ini semakin memburuk. Di sisi lain, Filipina justru kian membaik dan mencapai titik manis dari siklus pertumbuhan ekonomi saat ini. Indeks saham acuan Filipina menguat hampir 7% tahun ini, mengalahkan indeks Jakarta Composite yang hanya naik 1%.


PROBLEMA INDONESIA
Pada 2008, Indonesia menaikkan Fasbi rate hingga delapan kali dan suku bunga acuan hingga enam kali untuk membendung inflasi. Bank sentral secara tak terduga kembali menaikkan bunga acuan pada rapat kebijakan tidak terjadwal 29 Agustus lalu. Padahal, pada pertemuan 15 Agustus, BI memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan. Bank sentral Indonesia itu juga menaikkan Fasbi rate sebesar 0,5 poin menjadi 5,25%.
Indonesia juga telah menjual saham syariah berdenominasi dolar senilai US$1,5 miliar awal pekan ini, dengan imbal yang mencapai rekor tertinggi sejak 2009. Tujuannya adalah untuk menambah cadangan mata uang asing guna menopang rupiah.
Jumlah cadangan mata uang asing di Indonesia mencapai rekor terendah hampir selama 3 bulan terakhir. Akibatnya, para pembuat kebijakan terpaksa memperpanjang perjanjian swap bilateral dengan Bank of Japan (BoJ) yang bernilai US$12 miliar.
Laju pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% kuartal lalu dari tahun sebelumnya, dan merupakan fase paling lambat dalam 2 tahun terakhir. Secara kontras, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Filipina naik 7,5%, setara dengan PDB China kuartal lalu, setelah Aquino menggenjot belanja dan investasi.
Negara beribu kota Manila itu juga digadang-gadang menjadi salah satu dari 5 kekuatan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat tahun ini dan tahun depan. Padahal, fase pertumbuhan rata-rata tahunan Filipina dari 2001—2010 adalah 4,8%, dibandingkan dengan Indonesia yang mencapai 5,3%.
“Bintang Indonesia telah meredup. Sebaliknya, kebangkitan ekonomi Filipina cukup mengesankan. Bersama dengan China, negara itu akan menjadi kekuatan ekonomi Asia dengan pertumbuhan tercepat beberapa tahun mendatang,” imbuh Gareth Leather, ekonom Capital Economics Ltd. yang berbasis di London, sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (11/9).




Perbandingan Indonesia—Filipina:
Indikator                                                                     Indonesia                    Filipina
PDB QII/2013                                                              5,8%                            7,5%
Laju pertumbuhan rata-rata (2001—2010)                  5,3%                            4,8%
Suku bunga acuan                                                      7%                               3,5%
Indeks saham acuan                                                    Menguat 1%                Menguat 7%
Depresiasi nilai tukar QIII/2013                                   11%                             1,5%
Berikut lima alasan negara tetangga itu kinerja ekonominya kini mampu melampaui Indonesia, seperti disarikan Merdeka:
1. Penduduk Filipina cuma 60 juta jiwa

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana termasuk yang mengapresiasi kinerja ekonomi Filipina. Dia tidak kaget dengan pertumbuhan yang cepat negara itu di bawah kepemimpinan Presiden Benigno Aquino. Alasannya, penduduk Filipina lebih sedikit dari Indonesia. Ketika perekonomian sedang bagus, maka pertumbuhan pun lebih cepat terakselerasi.
"Kita itu punya potensi sendiri, masing-masing negara kan beda-beda. Kalau Filipina (jumlah penduduk sekitar) 60 juta jiwa, kita berapa? 240 juta, demokratis dengan berbagai potensi," ujarnya di DPR, Kamis (30/5).Karena itu, Armida tetap optimis aliran dana investasi akan terus masuk ke Indonesia, walaupun Filipina kini sudah masuk pertimbangan investor asing.

2. Filipina serius mereformasi ekonomi

Rezim Presiden Benigno Aquino dinilai serius menjalankan agenda reformasi keuangan. Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro.
"Filipina itu sekarang sedang dalam momentum bagus, pertumbuhan ekonomi 6,6 persen, dapat investment grade, Current Accountnya surplus. Berarti dia punya momentum. Dan dia lagi reform," ujar Bambang usai Rapat Kerja bersama Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (30/5).
Hanya saja, Bambang enggan menyebut Indonesia kalah bersaing dengan Filipina. Alasannya, tidak jauh beda dari Armida, yaitu permasalahan Indonesia yang berpenduduk 240 juta orang lebih rumit dari negara tetangga di ASEAN itu. Selain itu, dia membandingkan kinerja Indonesia memulihkan ekonomi lebih cepat dari Filipina yang bertahun-tahun tak pernah merasakan pertumbuhan di atas 5 persen.
"Kita tidak ada kalah atau menang. Filipina itu sudah lama sekali enggak ngerasain pertumbuhan ekonomi 6 persen. Dia itu pernah dianggap orang sakitnya Asia, karena lama sekali pertumbuhannya jelek. Kita kan setelah krisis 1998 recover-nya cepat," cetusnya.

3. Faktor Presiden Benigno Aquino

Presiden Benigno Aquino menjadi alasan utama capaian ekonomi Filipina yang dahsyat tiga tahun terakhir. Dia memiliki visi kuat dalam bidang ekonomi dan pandai menggenjot momentum positif pasar lewat kebijakan-kebijakannya.
Hal ini diakui oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dia pun menegaskan, pertumbuhan di atas 5 persen tercipta sejak presiden yang akrab dipanggil Ninoy itu. Meski demikian, Mantan Dirut PLN ini tetap saja terkejut melihat betapa hebatnya Filipina sekarang.
"Pertumbuhan ekonomi Filipina memang termasuk kencang sejak 2010 lalu.Setelah kemarin ketemu Presiden Benigno Aquino, saya terkejut saat mendarat di Filipina. Waktu itu Biro Pusat Stasistik sana mengumumkan petumbuhan ekonomi Filipina kuartaI 1 mencapai 7,8 persen," ujarnya di Kementerian BUMN, Jumat (31/5).
Tak khawatir capaian Indonesia kini disaingi Filipina, Dahlan malah melihat peluang bisnis dari pertumbuhan ekonomi yang kencang dari negara tetangga itu. Dia percaya warga Filipina yang semakin kaya akan membutuhkan produk barang dan jasa dari negara lain, termasuk Indonesia.
"Nah tentu waktu ketemu Presiden Aquino, saya ucapkan selamat pertumbuhan ekonomi yang besar. Di sana lagi memerlukan atau akan membeli produk Indonesia atau negara lain," kata Dahlan.

4. Filipina tak pusing soal subsidi BBM

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla punya pendapat lain soal kecepatan pertumbuhan ekonomi Filipina yang luar biasa. Menurut Ketua Palang Merah Indonesia ini, negara itu tidak disibukkan dengan isu energi, khususnya subsidi bahan bakar.
Dia pun menilai, Indonesia kalah telah karena terlalu boros mengeluarkan duit negara untuk sektor yang tidak produktif. Seandainya subsidi BBM dialihkan untuk infrastruktur, Kalla percaya pertumbuhan negara ini bisa lebih tinggi dari Filipina.
"Satu-satunya masalah kan karena subsidi kan, kan kemampuan berkurang karena subsidi kan, sekiranya subsidi sudah sejak awal tahun lalu, jauh lebih mampu kita dibanding Filipina. Itu kan masalah kebijakan saja," ungka Kalla di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Sabtu (1/6).
5. Filipina maksimalkan tenaga kerja asing

Di Indonesia, berita-berita soal nasib buruk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih sering mengemuka. Cerita sebaliknya muncul dari Filipina. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, negara itu efektif mendorong transfer devisa dari tenaga kerjanya di luar negeri. Sikap pemerintah Filipina mendukung tenaga kerjanya di luar negeri terlihat dari padunya politikus dan birokrasi.

"Kebijakan ekonomi ke dalam birokrasinya dia betul-betul ter-reform dengan baik," papar Kalla.

Tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, kebanyakan perempuan memang sejak lama menopang pendapatan devisa Filipina. Tenaga kerja negara itu terdidik, dan di luar negeri menjadi perawat atau pengasuh anak dan lansia.

KESIMPULAN :
Filipina awalnya merupakan negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya lebih lemah dari Indonesia. Namun pada 5 tahun belakangan ini Filipina telah membuktikan bahwa mereka mampu melakukan perubahan besar-beasaran dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Menurut saya Indonesia bahkan mampu melakukan yang lebih baik dari apa yang dilakukan negara Filipina tersebut mengingat negara Indonesia memliki kekayaan alam yang melimpah hanya saja mental orang Indonesia yang kurang bagus untuk mengelola Sumber Daya Alam yang tersedia.